Minggu, 17 Januari 2016

This Kid




It’s Seventeen Fanfiction

‘Soonhoon’

It’s only a story. Don’t take any problem with this absurd fict.

PG-13

Failed Humour

.

Gloriousuga Present

.


This Kid

.


Enjoy it!^^

.

.

.


Chapter 1 : Who is this little boy?!

Suatu malam, di sebuah dorm berisikan 13 anak ayam, eh salah, 13 laki – laki yang tampan, atau lebih kita kenal sebagai ‘Seventeen’, tengah terjadi perang dunia yang ketiga, atau sebut saja kegemparan yang cukup meriuhkan(?)

“Jeonghan hyung, Minghao hyung mengambil gadgetkuuu!!!” – Chan

“Seokmin hyung! Jangan mengikutiku terus!” –Seungkwan

“Menyingkirlah, Kwon Soonyoung!” –Jihoon

“Ambil kalau bisaaaa~~” –Minghao

“Wonwoo hyung, matikan lampu kamarnyaa!” –Mingyu

Sedangkan paara  member lain tengah bersantai di depan televisi. Beberapa bungkus snack ukuran besar, lalu kaleng – kaleng minuman soda, dan tak lupa sisa kulit kacang yang berserakan turut menyertai malam penuh kebahagiaan bagi member Seventeen ini.

Hari ini adalah hari yang cukup bebas mengingat mereka baru saja menyelesaikan come back mereka. Bahkan beberapa jam yang lalu mereka baru saja melakukan good bye stage di salah satu statisiun televisi yang cukup terkenal. Jadi mereka bisa bersenang – senang.

Bahkan 15 menit yang lalu mereka sudah menghabiskan beberapa porsi makan malam yang cukup besar untuk ukuran lelaki umur 20-an. Benar – benar memang.

Ting tong

Sebuah suara bel sepertinya cukup untuk membuat perang dunia ketiga versi seventeen seperti di-pause. Tak ada satupun manusia yang bergerak. Bahkan Minghao dan Chan melupakan kejadian kejar – kejaran mereka tadi.

1 Detik..

2 Detik..

3 Detik..

Tak ada yang bergerak. Seungcheol melirik semua member satu persatu. Jeonghan sudah kembali dengan cucian piring yang menumpuk, begitu juga dengan Jisoo di sebelahnya. Jihoon dan Soonyoung sudah kembali ke alam peluk – pelukan mereka. Chan dan Minghao melanjutkan acara kejar mengejar mereka. Dan member lain tampaknya tidak peduli.

Akhirnya Seungcheol menendang bokong Mingyu yang berada dalam jangkauan kaki jenjangnya. Hingga lelaki inggi tersebut terjungkal dengan tidak elitnya.

“Buka pintunya, Kim Mingyu!” Perintah Seungcheol.

Mingyu bangkit perlahan sembari mengusap bokongnya yang ditendang Seungcheol dengan sadisnya. Tak lupa mulut seksehnya mengeluarkan mantra cacian paling kejam seantero kamar Jihoon dan Soonyoung.

Dia membuka pintu dengan kesal. Bersiap menyemprot siapapun yang datang pada jam 8 malam seperti ini.

“Annyeong haceyo.”

Mingyu celingak – celinguk menatap keadaan halaman dorm. Tadi Mingyu dengar ada suara anak kecil, tapi dimana anak itu? Di luar dorm juga sepi. Duh hari ini hari apa ya? Malam Jum’at bukan? Mingyu merinding dibuatnya. Jangan – jangan ada...

“Ahjucci, aku dibawah cini!”

Mingyu menundukan kepala dan menemukan seorang anak lelaki kecil yang tengah tersenyum imut ke arahnya. Disamping bocah kecil itu terdapat sebuah koper yang besarnya sama dengan tinggi bocah itu. Akhirnya Mingyu berjongkok dan tersenyum ke arah anak kecil itu.

“Oh. Adik kecil mau mencari siapa?” Tanya Mingyu lembut.

Bocah itu menatap Mingyu dengan polos. Kedua tangannya ditautkan di depan perutnya, seperti meragukan sesuatu. “Eomma dan Appa.”

Mingyu mengerutkan keningnya. “Eomma dan Appa?” Ulang Mingyu memastikan. Bocah itu mengangguk imut. “Siapa nama Appa dan Eommamu?”

“Kalo Appa Kwon Soonyoung, kalo Eomma Lee Jihoon.” Jawabnya polos.

Tunggu...

Tunggu...

Tunggu...

Tung-

“Mworago?!!”

Mingyu teriak histeris disertai tatapan kagetnya yang alay, pemirsah.

.

.

Setelah kejadian Minyu yang berteriak tadi, Seungcheol selaku leader paling tanggap langsung mengumpulkan semua member. Kemudian dia menyuruh Chan mengambil sebuah kursi kecil untuk bocah yang mengaku sebagai anakanya Jihoon dan Soonyoung ini.

Mereka bertiga belas menatap bocah kecil itu dengan seksama. Mulai dari kepalanya, yang menggunakan beanie warna abu – abu, lalu wajahnya, yang sangat imut, kemudian tubuhnya, yang terbalut jaket warna biru tua, dan kaki mungilnya yang terbungkus kaos kaki warna – warni.

Mereka tak sadar jika kegiatan mereka ini membuat si kecil menunduk ketakutan dengan tatapan mereka yang cukup tajam.

Dan untung saja Jeonghan sadar, jadi bocah ini tidak terus – terusan takut.

“Heh, tatapan kalian menakutinya!” Bentak Jeonghan, dan hal itu sempat membuat si kecil terlonjak kaget dan menampilkan ekspresi kaget imut yang mengundang senyuman semua member.

“Hey adik kecil, siapa namamu?” Tanya Jisoo tersenyum ke arah bocah itu.

Bocah itu sempat ragu, kemudian mendongak menatap mata Jisoo. “Kwon Younghoon.”

Semua member memperhatikan bocah itu. Sedangkan bocah itu menatap semua member dengan takut – takut.

Jihoon menatap iba pada bocah kecil yang menurutnya mirip Soonyoung itu. Kemudian dia memanggilnya. “Younghoon-ie, kemarilah.” Ujar Jihoon.

Bocah itu bangkit dan menghampiri Jihoon yang duduk bersila sejajar dengan Soonyoung lalu duduk diantara kaki Jihoon. Kemudian Jihoon memeluknya pelan dan mengelus puncak kepalanya.

“Woah, Jihoon hyung memang eommanya ya!” Seru Seungkwan.

Jihoon berdecak. “Heh berisik. Ini anak kecil, masa kau mau memarahinya!”

“Coba kau perhatikan.” Ujar Seungcheol. Semua member langsung tertuju ke arahnya. “Mata bocah ini sangat mirip Soonyoung.”

Mereka beralih menatap mata Younghoon, kemudian menatap mata Soonyoung. Berulang kali.

“Memang mirip sih. Tapi hidung dan bibirnya mirip Jihoon.” Ujar Jun.

Mereka melakukan hal yang sama lagi. Membandingkan Jihoon dan Younghoon.

“Tarik satu kesimpulan dari sini.” Ujar Seungcheol.

Semua member tampak berpikir. Younghoon hanya memperhatikan mereka heran sembari menatap semuanya dengan polos.

“Dia memang anak Jihoon dan Soonyoung.” Kata Wonwoo santai. “Kemungkinan 90 persen Younghoon ini memang anak Jihoon dan Soonyoung.”

Soonyoung meliriknya. “Memangnya hingga 90 persen? Darimana kau dapat menyimpulkannya?”

“Dari bentuk fisiknya. Kalau kau ingin buktinya lagi, lakukan tes DNA.” Jawab Wonwoo.

Semua member menatap Soonyoung, Jihoon dan Younghoon bergantian. Hal ini cukup rumit jika dibandingkan dengan Chan yang kehilangan robot dan baju putih Minghao yang ketumpahan susu cokelat.

“Appa?” Panggil Younghoon. Entah karena alasan apa, dari sekian member Seventeen, hanya Soonyoung yang menoleh.

Younghoon merentangkan tangannya ke arah Soonyoung. Menandakan dia ingin dipangku Soonyoung. Sedangkan lelaki berambut blonde itu tersenyum lembut dan mengangkat Younghoon dari pangkuan Jihoon dan mendudukan bocah kecil itu di pahanya.

Semua member menatap proses pindah Younghoon dari tangan Jihoon ke tangan Soonyoung. Aneh saja rasanya, melihat Soonyoung begitu lembut terhadap anak kecil.

“Bagaimana jika manager hyung menanyakan tentang Younghoon?” Celetuk Chan dan hal itu sukses membuat semua member Seventeen berpikir.

Lama mereka terdiam dengan pikirannya masing – masing. Jihoon melirik jam dinding yang menggantung di atas televisi, pukul 9 lewat 15 menit. Ini sudah cukup larut untuk seorang anak kecil bernama Younghoon yang sedang menguap.

“Younghoon-ie, ayo tidur.” Ujar Jihoon yang disahuti gelengan dari bocah kecil itu.

“Aku mau tidul kalo digendong Appa.” Jawabnya. Kemudian Jihoon menatap Soonyoung, dan dibalas anggukan oleh perfomance team leader itu.

“Younghoon-ie cuci kaki dan ganti baju dulu. Baru nanti Appa gendong Younghoon hingga tidur. Arraseo?”

Selanjutnya Soonyoung dan Jihoon bangkit menuju kamar mereka yang letaknya tak jauh dari ruang televisi.

“Eh, Soonyoung.” Panggil Seungcheol, Soonyoung langsung menoleh. “Setelah kau menidurkan Younghoon, temui kami disini.”

Soonyoung mengangguk dan melanjutkan perjalanannya ke kamar.

.

.

Jihoon membuka koper besar yang menyertai Younghoon tadi. Dia mengeluarkan sebuah piyama bergambar pororo yang disipakan entah oleh siapa dan memakaikannya ke tubuh mungil Younghoon.

Kemudian Jihoon membawa Younghoon ke kamar mandi dan membersihkan kaki mungil Younghoon. Setelah dia langsung menyerahkan Younghoon ke Soonyoung.

Soonyoung membawa Younghoon ke luar dorm untuk mencari angin segar. Sekalian menidurkan bocah mungil ini dengan gerakan tubuhnya yang pelan dan penuh irama.

Setelah beberapa menit Soonyoung mendengar suara hembusan nafas teratur. Younghoon sudah terlelap. Kemudian dia kembali ke kamar dan menidurkan Younghoon di tengah kasur yang biasa Ia dan Jihoon pakai.

“Younghoon sudah tidur?” Tanya Jihoon. Soonyoung mengangguk dan menghampiri Jihoon yang tengah duduk bersila di karpet sembari mengeluarkan isi koper Younghoon.

Soonyoung memicingkan matanya melihat sebuah kertas berwarna biru muda yang berisi sebuah tulisan. Kemudian dia mengambilnya dan langsung membacanya.

‘Annyeong haseyo, Kwon Soonyoung dan Lee Jihoon. Ini anakmu, Kwon Younghoon. Umurnya 2 tahun sekarang dan dia akan berumur 3 tahun bulan Mei nanti. Tolong jaga dia baik – baik.’

“Apa itu?” Tanya Jihoon memperhatikan Soonyoung.

“Aku tak yakin, tapi pasti ini dari pengasuhnya Younghoon.” Ujar Soonyoung sembari memberikan secarik kertas tersebut kepada Jihoon.

Jihoon membacanya sekilas, lalu mengembalikannya kepada Soonyoung. Entah dia tidak terlalu peduli atau dia tengah banyak pikiran. Sehingga dia memutuskan untuk lebih fokus pada tiga buah botol ukuran besar dengan karikatur lucu.

“Kau tahu aturan pemberiannya?” Tanya Soonyoung. Jihoon menggeleng.

“Lalu?” Soonyoung bertanya lagi. Jihoon memutuskan untuk meraih kaleng susu yang cukup besar tersebut dan membaca tulisan – tulisan di sekeliling kaleng tersebut.

“7 hingga 8 sendok takar untuk usia 2 tahun. Seduh dengan air hangat.” Gumam Jihoon.

“Soonyoung, aku minta tolong buatkan air panas, lalu masukan ke dalam termos dan bawa kemari, lalu sebotol air minum biasa, untuk membuat susu Younghoon.” Perintah Jihoon. Soonyoung langsung melessat ke dapur.

Dalam perjalanan ke dapur, sudah seharusnya Soonyoung melewati ruang tengah. Semua member menatapnya ketika dia baru saja keluar dari kamar.

“Tunggu sebentar, aku masih membuat air panas untuk susu Younghoon.” Ujar Soonyoung.

Semua member mengangguk dan membiarkan Soonyoung melanjutkan langkahnya ke arah dapur.

Soonyoung meraih ceret yang biasa Jeonghan pakai untuk memasak air panas. Setelahnya Ia memasukan air ke dalam ceret secukupnya, tak lupa dia menyalakan kompornya. Lalu dia mengambil sebuah termos ukuran sedang dan sebuah wadah minum biasa untuk dia cuci.

Setelah ceret berbunyi dan mengeluarkan uap, tanda air sudah mendidih, Soonyoung menuangkan air panas ke dalam termos dan menuangkan air biasa ke wadah minum. Kemudian dia kembali ke kamar.

Soonyoung langsung memberikan termos dan botol minum tadi kepada Jihoon. Jihoon langsung saja membuat susu seperti anjuran penggunaan dan meletakan botol susu bergambar jerapah tersebut di atas nakas yang tak jauh dari tempat tidur mereka.

“Ayo kita ke ruang tengah.” Ujar Soonyoung setelah Jihoon merapikan barang – barang Younghoon. Lelaki mungil tersebut mengangguk dan mengikuti langkah Soonyoung menuju ruag tengah.

.

Jihoon dan Soonyoung memposisikan dirinya dikelelingi semua member. Mereka merasa bahwa tatapan para memebr seperti akan menusuk dan menguliti mereka. Duh, Jihoon dan Soonyoung kan’ jadi ngeri sendiri.

“Sekarang ceritakan pada kami.” Ujar Seokmin memulai pembicaraan.

Jihoon mengerutkan keningnya. “Cerita apa?” Jawabnya.

Seungcheol tampak menghela napas. “Darimana asal bocah kecil itu?” Tanyanya.

“Kami tidak tahu.” Ujar Soonyoung.

“Heh, ulat, jelas – jelas bocah itu mirip dirimu, kau masih mau mengelak dari kami, huh?” Sahut Wonwoo cepat.

“Mengelak bagaimana, sih? Demi apapun aku tak tahu darimana asal bocah itu!” Ujar Soonyoung sedikit membentak.

“Kau menelantarkan Younghoon, ya hyung?” Tanya Minghao polos. Soonyoung dan Jihoon langsung menatapnya garang.

“Duh menelantarkan apanya lagi.” Ujar Jihoon. “Kalau aku menelantarkannya, bocah itu mungkin saja sudah gizi buruk.”

“Marga bocah itu juga Kwon.” Tambah Hansol berspekulasi.

“Heh, bule alay, banyak orang lain juga bermarga Kwon. Memangnya margaku langka begitu!” Sahut Soonyoung sewot.

“Heh hyung! Jangan seenak jidatmu memanggilku bule alay!” Hansol menjawab dengan sedikit berteriak.

Prak

Sebuah remote televisi sukses mengenai kepalanya dengan cukup keras. Ternyata Jeonghan melemparnya, bung!

“Jangan berisik! Kau bisa membangunkan Younghoon!” Ujarnya galak.

Jihoon menengahi. “Biar aku meluruskan ini–”

“Memangnya daritadi ini bengkok?” Sahut Mingyu cepat.

Jihoon mendengus. “Diam, kampret. Aku belum selesai bicara.” Bentak lelaki mungil tersebut. “Kalian semua tahu aku dan Soonyoung punya hubungan khusus. Tapi demi suara teriakan para stylish noona, aku dan Soonyoung belum pernah melakukan ‘anu – anu.”

Chan dan Minghao mengerutkan keningnya bingung. “Anu – anu?”

Seungkwan yang berada di tengah mereka langsung menginterupsi supaya dua member Seventeen yang paling polos tersebut untuk tidak bertanya lebih lanjut. Supaya kepolosan para maknae-line tidak tercemari. Padahal dia sendiri sudah tidak polos.

“Benar. Selama kita satu dorm, aku dan Jihoon belum pernah ‘anu – anu’ disini.” Sahut Soonyoung meyakinkan.

“Jadi sebelum kita satu dorm, kalian sudah pernah ‘anu – anu’?” Ujar Seungcheol. Sontak saja Soonyoung dan Jihoon menggeleng heboh.

Dua sejoli itu menghela nafas frustasi. Kan mereka juga tidak tahu darimana asal si Younghoon ini, malah ditubuh dengan bukti – bukti absurd buatan mereka. Kan jadi tambah rumit lagi.

“Lebih baik kita selesaikan besok. Ini sudah pukul setengah sebelas dan aku yakin kalian semua butuh istirahat.” Ujar Jisoo.

“Baiklah. Semuanya, ayo tidur!” Seru Seungcheol dengan suara kerasnya dan disertai satu tepukan tangan yang cukup keras.

Plak

Satu geplakan keras diterima Seungcheol dari Jeonghan. Bonus tatapan tajam dan serangkaian kalimat...

“Younghoon sedang tidur!!”

.

.

Jihoon dan Soonyoung memasuki kamar mereka dengan lesu. Soonyoung langsung merebahkan dirinya menyamping ke arah Younghoon yang sedang tidur dengan polosnya. Sedangkan Jihoon masih menutup tirai kamar dan mematikan lampu utama, menyisakan lampu tidur yang masih menyala dengan cahaya remang.

Soonyoung mengusap puncak kepala Younghoon hati – hati, takut membangunkan bocah mungil tersebut. Kemudian Jihoon ikut merebahkan dirinya di sisi ranjang yang lain. Posisinya sama dengan Soonyoung, menghadap Younghoon.

Jihoon menarik selimut biru muda untuk menutupi tubuh mereka bertiga. Kemudian mengecup pipi Younghoon perlahan. “Selamat malam, Kwon Younghoon.” Ujarnya.

Soonyoung tersenyum melihat Jihoon yang mencium pipi Younghoon. Kemudian lelaki itu menatap Jihoon dengan penuh arti.

“Aku tidak menyagka akan mendapatkannya secepat ini.” Ujar Soonyoung.

Jihoon menggeleng. “Hey, kemungkinan dia bukan anak kita. Bisa saja orang tak bertanggung jawab membuang bocah sepolos ini dan menyuruhnya berbohong.”

“Ingatlah, bocah kecil tak pernah berhasil dalam praktek berbohong.” Jawab Soonyoung.

“Lagipula aku tak merasa pernah melakukan ‘anu – anu’ dengan dirimu.” Sahut Jihoon. Soonyoung terkekeh setelahnya.

“Atau kau ingin membuatkan adik untuk Younghoon? Mau laki – laki atau perempuan?” Tanya Soonyoung jahil. Sontak saja Jihoon merona dan mencubit lengan Soonyoung.

“Tidur sana. Otakmu sudah tidak beres, Kwon Soonyoung!” Ujar Jihoon.

Soonyoung tersenyum melihat pipi merona Jihoon, lalu lelaki itu mendekatkan wajahnya ke arah Jihoon. Kemudian mengecup kening pemuda mungil itu cukup lama. Atau lebih lama dari biasanya.

“Selamat malam, Lee Jihoon. Aku mencintaimu.”

Jihoon tersenyum menatap Soonyoung.


“Selamat malam juga, Kwon Soonyoung.”


TBC

Hehehe.. Hahaha.. Hihihi /gajelas/

Duh ini cerita apaan? Kok absurd banget sih? Siapa sih authornya? /gasadardiri/

Bai deu wei, ini fanfict pertama aku loh. Yang sebelumnya yang judulnya ‘I’m here for you’ itu Cuma fanfict coba – coba aja. Mana gak ada yang ngefav ato ngefollow gitu /nunduksedih/

Yah semoga cerita ini berkembang lebih lanjut dan lebih absurd ya/?

Dan jangan kaget kalo di fanfiction.net ada cerita ini juga, soalnya aku juga ngepost disna juga^^


Lastly, Mind to review?^^

Minggu, 01 November 2015

This Is Me

Terkadang aku berpikir, bahwa aku ini sangat payah
Aku tidak mampu membuat diriku ini seperti sebuah bintang yang bersinar terang
Oh, jangankan bintang,
Membuatku seperti lilin yang menyala saja sangat sulit

Kemudian lelaki itu datang kehadapanku
Dia datang dan dia berkata bahwa dia mengagumiku
Tunggu, darimana dia melihat sisi itu?

Aku bukan orang yang seharusnya kau cari, sayang
Aku bukanlah gadis yang selama ini kau kagumi
Aku selalu ingin menujukkan pada dunia, bahwa aku ini orang yang kuat
Aku bukan orang yang selalu ditindas
Aku selalu membuat kekacauan supaya orang melihat 'Inilah aku'

Tapi selajutnya kau datang
Kau berkata bahwa aku ini baik
Kau bahkan menyatakan bahwa kau mencintaiku

Seharusnya, aku bergembira ketika kau mengatakan hal itu
Tapi apa? Aku malah merasa begitu rendah ketika kau berkata seperti itu
Pantaskah aku bersamamu? Bagaimana dengan orang yang lebih dulu mengagumi dirimu?

Karenamu, sekali lagi, aku sangat payah
Aku memendam semua ini dihadapanmu
Aku hanya takut kau meninggalkanku
Aku tahu, aku tak perlu lagi membuat kekacauan, karena bagimu 'Inilah aku'


Aku tertekan
Aku harus bersikap manis dihadapanmu
Aku harus bertutur kata sopan ketika bersamamu
Dan aku harus mengatur emosiku saat berbicara denganmu

Nyatanya,
Aku ini gadis yang nakal
Aku ini gadis yang tidak sopan
Dan aku gadis yang mudah marah sebenarnya

Tapi, aku benar - benar mencintaimu
Aku mau bersikap manis
Aku mau bertutur kata yang sopan
Dan aku mau mengatur emosiku
Semua itu demi dirimu

Tapi jangan tinggalkan aku yang buruk ini
Demi apapun, aku lebih memilih mati tertusuk 
daripada melihatmu bersama jalang lain itu
Hey, jangan cintai orang selain aku, oke?

Memory (Drabble Fict)


DedidoJjang's

Ketika namja itu membuka lemari yeoja itu, dia menemukan sebuah album kenangan. Disitu terdapat banyak fotonya bersama yeoja itu. Perlahan air matanya mulai menetes. Dia buka lembaran demi lembaran album itu. Kemudian dia menemukan foto dimana dia dan yeoja itu sedang berada di Namsan Tower. Air matanya kembali menetes, namun kali ini lebih deras. Kemudian, dia meletakkan album itu dan mengambil mp3 player milik yeoja itu. Dijejalkannya headset warna pink itu ke kedua telinganya. Terdengar olehnya lagu solonya sendiri, Sofa.

“Kau bahkan menyimpan lagu soloku.” Gumam namja itu.

Kemudian dia kembali meletakkan mp3 player itu disebelah album kenangannya. Dia mulai memunguti pakaian di lemari itu untuk diletakkan di sebuah boks. Dibawah semua tumpukan pakaian itu, dia menemukan secarik surat dengan amplop warna pink. Lalu dia membukanya dan membacanya.

‘Aku baru tahu kalau aku mencintaimu. Aku baru sadar bahwa aku menyayangimu. Aku baru tahu jika aku menyayangi seseorang yang bernama Jeon Jungkook. Aku sangat menyayanginya. Aku tahu, kau menemukan dan membaca surat ini ketika aku sudah tidak berada di sampingmu. Maaf, aku tidak membertitahumu jika aku akan pergi secepat ini. Aku tidak mau membuatmu sedih dengan pernyataanku. Aku lebih memilih merasakan rasa sakit ini sendirian. Aku tidak mau membuat seorang Jeon Jungkook yang periang menjadi murung karena aku.  Aku akan bilang pada Tuhan, bahwa kau sangat menyayangiku. Kaulah satu – satunya yang paling mengerti aku. Tuhan pasti mempertemukan kita. Tapi aku mengerti, itu bukan sekarang, saat kau membaca surat ini. Kita akan bertemu di dunia yang sangat indah, sangat bersih dan sangat putih, yaitu surga. Aku yakin kau mampu melewati hari – harimu tanpa aku. Saranghae, Jeon Jungkook.’

“Selamat jalan, yeojachinguku.” Gumam namja itu sambil meremas kuat surat itu dan menangis sejadi – jadinya.