Oppa Is Here For You
DedidoJjang's
Cast :
1. Jeon Jungkook (BTS)
2. Han Younghee (OC)
Genre:
Romance, Sad
Lenght:
Oneshot (2.922 Words)
Rating:
PG-13
Disclaimer:
OC dan Cerita adalah milik saya
sepenuhnya.
Jungkook milik kedua orangtuanya dan
Tuhan.
Hanya terinspirasi dari lagu Sofa,
yang beberapa waktu
Lalu dicover oleh Jungkook.
Juga sebagian drama korea yang pernah
saya tonton.
Tidak ada menerima plagiator!
Sorry for typo(s)
Enjoy it!
_____
Diam dan rasakan..
Seperti apa relung ini merindukanmu..
Merindukan semua hal tentangmu..
.
Tidurlah yang tenang, gadisku yang manis..
Aku akan segera menyusulmu..
.
.
.
.
Seorang lelaki manis tengah menyeduh
kopi di dapur sederhana miliknya. Uap panas menjalari kedua tangannya saat jemari
lelaki itu menempel pada cangkir hitam itu. Tiupan - tiupan kecil sebelum
meminum membuat kopi itu sedikit bergetar dalam cangkir. Kemudian dilangkahkan
kedua kakinya menuju ruang televisi. Didudukannya badan mungilnya di atas sofa
lusuh yang menjadi teman kesunyiannya.
Ting tong
Seketika lelaki itu bangkit dan
meletakkan cangkir hitamnya di meja kecil di samping sofa. Kedua kakinya
bergegas membuka pintu bagi penekan bel tadi.
“Selamat sore, Jeon Jungkook.” Sapa
seorang gadis manis dengan rambut panjang cokelatnya. Jungkook tersenyum tipis melihat
gadis itu.
“Selamat sore juga, Han Younghee.
Masuklah.” Lelaki itu sedikit bergeser untuk mempersilahkan tamunya masuk.
Gadis itu segera melangkahkan kakinya
memasuki apartemen sederhana milik seorang Jeon Jungkook, lelaki rantauan dari
Busan, yang menjadi salah satu mahasiswa jurusan hukum di salah satu
universitas besar di Seoul. Gadis yang dipanggil Han Younghee oleh Jungkook itu
tak lain adalah kekasih Jungkook.
“Masih suka minum kopi? Tolong kurangi
kopi soremu, itu bisa membuatmu insomnia.” Ujar gadis itu ketika kedua manik
matanya menatap cangkir hitam di samping sofa yang hendak didudukinya.
“Aku harus mengerjakan tugas yang
banyak malam ini. Mungkin secangkir kopi dapat membantuku menyelesaikannya.”
Sahut lelaki itu sembari beranjak menuju dapurnya. “Kau mau minum apa?”
Lanjutnya.
“Seperti biasa saja.” Gadis itu
merogoh saku tasnya, mencoba mencari sesuatu.
Jungkook mengambil sebuah kaleng soda
dari dalam kulkas kecilnya, kemudian membukakan tutupnya untuk memudahkan
Younghee minum, setelah itu meletakkannya di samping cangkir kopi miliknya.
“Apa yang kau cari, Younghee?” Tanya
Jungkook memperhatikan Younghee yang tengah mengobrak abrik isi tasnya. Mencoba
mencari sesuatu yang mungkin dilupakannya.
“Bukan hal yang penting.” Jawab
Younghee.
‘Bukan hal yang penting? Namun mengapa dia masih mecarinya?’ Batin Jungkook. Kemudian lelaki itu
menggidikan bahunya tidak peduli.
.
Jungkook meraih diktat besar yang
sebelumnya dia ambil dari kamar tidurnya, kemudian dengan seksama dia
membacanya. Tidak memperdulikan Younghee yang tengah dilanda kejenuhan.
“Jungkook.” Panggil Younghee pelan.
Membuat si pemilik nama menoleh.
“Ada apa?”
“Bisakah kau bernyanyi sekarang? Lagu
yang beberapa waktu lalu kau cover.
Yang berjudul Sofa itu.”
Jungkook menggeleng tanpa menatap
Younghee. Dan mendengus kesal ketika Younghee terus merajuk memintanya
menyanyikan lagu itu.
Sedangkan Younghee, gadis itu menunduk
sedih tatkala dia mendengar Jungkook mendengus karena permintaannya barusan.
Membuat perasaan kesal, sedih dan marah bercampur jadi satu.
Gadis itu kemudian bangkit menuju
balkon apartemen Jungkook. Meninggalkan Jungkook yang sama sekali tidak
memindahkan pandangannya dari diktat tebal yang dibacanya.
.
Mencoba berimajinasi adalah hal yang
paling ditakutkan oleh Younghee. Namun kali ini, dengan mengusir rasa takut
yang menjalari perasaannya saat berimajinasi, dia mulai membayangkan sesuatu.
Sesuatu dimana ketika Jungkook mau
menanggapi semua panggilannya yang tidak berguna. Tersenyum padanya setiap
saat, bukan hanya saat membuka pintu dan mengantar Younghee pulang. Mau
mengantar Younghee kemanapun, bukan Jungkook yang selalu melotot ke diktat
tebal dan mengacuhkan Younghee.
Gadis itu tersenyum simpul sembari
menatap luasnya kota Seoul dari balkon apartemen Jungkook. Membayangkan dan
berimajinasi ternyata tidak semenakutkan yang dia kira. Lebih spesifiknya,
cukup menyenangkan.
Dan itu lebih menyenangkan lagi, jika
Jungkook mau berperilaku seperti dalam imajinasinya.
Younghee menggeleng pelan. Tidak
mungkin Jungkook mau berperilaku seperti itu. Jangankan seperti yang
dibayangkan Younghee, mendapat sapaan dari Jungkook saat di kampus pun tak
pernah didapatkan gadis manis berkulit putih pucat tersebut.
Sampai akhirnya lamunannya berhenti
ketika dia merasakan sesuatu keluar dari hidungnya. Sesuatu yang berbentuk
cairan. Younghee mendekatkan jarinya perlahan ke hidungnya.
Darah.
Younghee tersenyum simpul saat cairan
merah kental itu mengenai jarinya. Mengotori jari lentiknya. Kemudian dengan
cepat, dia mengelap cairan itu dengan ujung lengannya yang berwarna putih.
Tentu saja sangat kentara.
“Kapan ini berakhir?” Gumam Younghee sembari
melangkahkan kakinya masuk kembali ke apartemen Jungkook, berniat membasuh sisa
darah di tangannya.
Younghee mendapati Jungkook yang masih
menatap diktat tebalnya dengan serius. Tanpa menolehkan pandangannya dari benda
kotak tersebut, Jungkook mengucapkan sesuatu kepada Younghee.
“Jika kau lapar, buatlah ramen di
dapur. Jika kau bosan, kau bisa main video
game di kamarku.” Ujar Jungkook tanpa menarik pandangannya. Younghee hanya
berdeham.
Gadis itu melanjutkan perjalanannya
menuju kamar mandi kecil milik Jungkook. Memutar kran air dan menampung air di
telapak tangannya yang dibuat cekung, kemudian menggosoknya di sekitar
hidungnya. Berusaha membersihkan darah kering di sekitar hidungnya. Lalu beralih
mencuci tangannya.
Namun tiba - tiba sesuatu terjadi
padanya. Kepalanya tiba - tiba pusing, bahkan sangat pusing. Membuatnya sangat
kesakitan. Lalu cairan merah tadi, kembali menetes dari hidung kecilnya.
Younghee menekan samping kepalanya, untuk menahan sakit. Namun seberapapun
tekanan yang diberikannya, rasa sakit itu tak kunjung hilang.
Kemudian dia merasa badan mungilnya
terhuyung ke belakang, hingga membentur tembok keramik putih itu. Tubuhnya
meringsut ke bawah seiring dengan lemasnya kedua kakinya
untuk menopang berat tubuhnya.
Ingin sekali rasanya Younghee
berteriak sekarang, meminta bantuan dari Jungkook. Namun apa daya, rasa sakit
di kepalanya seakan membuat tulang tengkoraknya akan meledak. Serasa mencekat
tenggorokannya.
“Jungkook, tolonghh..” Younghee hanya
bisa bergumam pelan ktika dia merasa tubuhnya sudah tidak memiliki energi.
Dengan sisa tenaga yang dia miliki, dia bangkit meraih sisi wastafel yang
kering, berusaha bangkit.
Bruk
Bukannya bangkit berdiri, Younghee
malah jatuh dengan lengan menopang tubuhnya. Lengannya kini terasa sangat
sakit. Meringis adalah satu satunya cara untuknya menahan rasa sakit.
Clek clek
‘Younghee! Buka pintunya!’
Dia masih bisa mendengar suara
Jungkook yang mengkhawatirkannya. Dia tersenyum tipis. Sampai akhirnya dia
merasa tidak kuat lagi. Rasa sakit di kepalanya, dan juga lengannya tidak
terasa lagi. Kedua kelopak matanya memberat, seakan memerintahnya untuk segera
menutup matanya.
.
Jungkook sama sekali tidak berpindah
dari buku tebal berwarna putih itu dari hadapannya. Sampai ketika dia merasa
seseorang memanggilnya. Seperti orang yang kesakitan, mungkin?
Lelaki itu langsung bangkit terkejut.
Langkahnya tergesa menuju kamar mandinya yang tertutup. Dia tahu, Younghee
sedang di dalam.
Clek clek
“Younghee! Buka pintunya!”
Jungkook mengedor keras pintu berwarna
putih itu. Mencoba mendengar sahutan dari dalam sana. Namun nihil, tak sebuah
suarapun dapat Jungkook dengar. Lelaki itu bergegas menuju kamarnya, mengambil
kunci cadangan.
Jungkook membuka semua laci yang ada
di kamarnya. Mencoba menemukan kunci cadangan yang lupa ia letakkan dimana. Dia
juga membuka semua kotak kosong yang ada di kamarnya. Sampai dia menemukan
kunci cadangan kamar mandi di dalam sebuah box
berwarna merah muda di dalam lacinya.
Kemudian dia segera berlari menuju
kamar mandinya. Membuka pintunya dengan tergesa. Mengumpati lubang kunci yang
tak kunjung terbuka karena Jungkook terlalu tergesa. Setelah dia berhasil
membuka pintu itu, dia menemukan Younghee yang tergeletak lemas di bawah
wastafelnya.
“Younghee!” Pekik Jungkook tatkala
melihat Younghee. Lelaki itu segera saja mengangkat tubuh mungil itu dalam
gendongannya, kemudian dengan secepat kilat, dia membawa gadis itu ke rumah
sakit.
.
.
Jungkook ikut mendorong tandu beroda
yang menggilir Younghee masuk ke ruang ICU. Kedua matanya dibasahi cairan
bening yang menghalangi arah pandangnya, menatap Younghee yang pucat nan lemas
itu.
“Younghee.. Sadarlah.. Aku mohon..”
Jungkook memohon dalam tangisannya. Kemudian langkahnya terhenti saat benda
beroda tadi memasuki sebuah ruangan.
Jungkook terjatuh dengan lutut yang
menumpunya. Berusaha berdoa sekuat tenaga, supaya Younghee bisa selamat.
Tangisannya menderu seiring dengan doanya yang terus terucap.
“Tuhan, tolong selamatkan Younghee.”
.
.
Jungkook akhirnya duduk bersandar
sembari memeluk kedua lututnya. Menenggelamkan kepalanya di kedua lututnya.
Menangis sejadinya menunggu Younghee yang tengah berada di ruang ICU itu.
Sungguh, baru kali ini dia merasa
menyesal..
Menyesal karena tidak mengetahui
keadaan Younghee..
Menyesal karena telah mengabaikan
Younghee..
Dan dia bersumpah, jika terjadi
sesuatu pada Younghee, dia akan selalu berada di sisi Younghee..
Sekalipun yang dihadapinya adalah
kematian..
.
Jungkook menghela sesenggukannya yang
tak juga berakhir itu. menghirup nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan,
mencoba mengurangi tangisnya yang menyesakkan dada itu.
Perlahan memorinya memutar. Kembali
pada saat dia bersama Younghee.
‘Jungkook, kau suka Ponthegi?’
‘Ya! Younghee! Itu menjijikan!’
-
‘Jungkookie, jangan ke tengah!’
‘Biarlah, ini menyenangkan.’
-
‘Jungkook, nyanyikanlah sebuah lagu. Yang baru saja kau cover. Jebal~~’
‘Baiklah.’
‘Niga ittdeon sofa. Neo eobsi na honja. I jarieman nama~ Neol
gidarijanha. So far, nae gyeote neun so far away. Miryeoniraneun ge meonjiman
nameun chae. Neol gidarijanha~~’
‘Daebakkk!!!’
.
Jungkook merasa selama ini dia telah
mengabaikan Younghee. Mengabaikan Younghee dengan semua tugas tugasnya yang
menumpuk. Mengabaikan gadis manis yang Ia perjuangkan cintanya demi sebuah IP
yang tinggi. Benar memang kata kedua orangtuanya, penyesalan selalu terjadi di
akhir cerita.
“Kerabat Han Youghee.” Panggil seorang
dokter tampan dari pintu ruang ICU.
Jungkook segera bangkit. Sedikit
merapikan penampilan lusuhnya. “Iya, saya kekasihnya.”
“Bisa ikut saya sebentar? Ada hal yang
harus saya bicarakan.” Ujar dokter itu. Jungkook mengangguk sembari mengikuti
kemana dokter itu berjalan.
.
.
“Han Younghee mengalam kanker otak.
Bukankah seharusnya anda mengetahuinya?” Tanya dokter itu tidak percaya.
Jungkook sendiri juga sangat terkejut.
“Uisanim,
apakah dia baik baik saja?” Jungkook menahan tangisnya lagi.
Dokter itu menghela nafas. Lalu
memijat pelipisnya sendiri dan menatap Jungkook. “Eum, Jungkook, Younghee itu
mengalami kanker otak stadium 3. Dimana seluruh sel kanker yang jahat
menggerogoti hampir semua bagian otaknya. Kondisinya sekarang benar benar
buruk. Dan menurut medis, umur Younghee tersisa tidak banyak. Itu hanya menurut
medis. Semoga Tuhan memberikan mukjizatnya.”
.
Jungkook sangat terkejut. Bahkan bisa
dibilang lebih dari sangat terkejut. Dia merasa seolah semua organ tubuhnya
berhenti bekerja. Mendengar Younghee jarinya teriris saja membuat Jungkook
kelabakan, apalagi mendengar Younghee memiliki penyakit separah ini.
.
Jungkook membungkukkan badannya ketika
akan meninggalkan ruangan dokter tersebut. Perasaannya begitu kacau mendengar
kondisi Younghee. Dia mengacak rambutnya hingga lusuh.
“Mengapa kau tidak pernah bercerita
padaku, Youngie.” Gumam Jungkook sembari mendudukkan dirinya di sebuah kursi
tunggu.
.
.
.
.
Jungkook baru diperbolehkan menjenguk
Younghee setelah beberapa hari. Sungguh, dia sangat merindukan suara cempreng
Younghee. Rindu ketika Younghee mengganggunya belajar. Rindu ketika Younghee memintanya
menyanyikan lagu favoritnya. Dia merindukan semua tentang Younghee.
Tetapi sebelum dia masuk ke ruangan
steril tempat Younghee dirawat, dia harus melapisi pakaiannya dengan baju
operasi warna biru muda.
.
Jungkook membuka pelan pintu kamar
rawat inap Younghee, takut membangunkan gadis itu. Kemudian dengan perlahan dia
menarik kursi untuk duduk di samping ranjang Younghee.
Jungkook menatap sendu wajah Younghee
yang terlihat pucat. Dengkuran nafasnya membuat Jungkook ingin menangis,
menyesali setiap kesalahannya. Kemudian Jungkook meraih sebelah tangan Younghee
yang tidak tertusuk infus, untuk digenggamnya. Dia mengecup pelan punggung
tangan Younghee.
“Maaf, aku menyakitimu. Maafkan aku,
Han Younghee. Aku mohon, bangunlah. Kembalilah menjadi Younghee yang selalu
ceria.” Gumam Jungkook. Tanpa sadar dia menangis sembari menggenggam erat
tangan Younghee.
Seakan mendengar tangisan Jungkook,
Younghee perlahan membuka kedua matanya. Mengerjap sebentar menyesuaikan cahaya
yang masuk ke matanya. Mendengarkan suara Jungkook yang menangis. Kemudian
setelah sepenuhnya sadar, dia menatap sendu ke arah Jungkook.
“Jungkook..” Panggil Younghee lemah.
Jungkook mengangguk menyahuti panggilan Younghee.
“Iya, Younghee. Aku disini.” Jungkook
masih menggenggam erat tangan Younghee. Sembari sesekali mengecupinya. Membuat
Younghee tersenyum tipis.
“Aku kira kau sudah lupa padaku.” Ujar
Younghee pelan. Jungkook menggeleng mendengar penuturan Younghee yang terasa
menohok relung hatinya.
“Maaf. Maafkan aku yang terlalu sering
mengabaikanmu.” Jungkook menangis menggenggam tangan Younghee. Younghee
tersenyum tipis menatap Jungkook.
“Berjanjilah bahwa kau akan merubah
sikapmu setelah. Kumohon janga pernah abaikan aku lagi. Jangan mengacuhkanku
lagi.”
Jungkook tersenyum menatap Younghee.
Tersenyum merasakan kepahitan yang selama ini ditelan Younghee akibat ketidak
pedulian Jungkook.
“Aku akan berada di sampingmu.
Selamanya. Aku janji.”
.
.
.
.
Younghee tengah berbaring di ranjang
rumah sakit, ditemani Jungkook. Bukan Jungkook yang selalu mengabaikan
Younghee, tapi Jungkook yang sepenuhnya perhatian kepada Younghee. Membuat
perasaan nyaman menyelimuti Younghee.
“Jungkook..” Panggil Younghee.
“Iya?”
Younghee mengambil tasnya dari atas
meja samping ranjangnya. Kemudian merogoh isinya dengan tergesa. Kemudian dia
mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru muda.
“Ige mwoya?” Tanya Jungkook menatap
kotak itu.
“Selamat ulang tahun, Jeon Jungkook.”
Ujar Younghee sembari tersenyum dan menyodorkan kotak biru muda tadi.
Jungkook menyunggingkan senyum
terbaiknya tatkala Younghee menyodorkan kotak itu.
“Untuk apa kau memberikanku hadiah.
Kau adalah hadiah terbaik yang Tuhan berikan padaku.” Jungkook mnerima kotak
kecil dari Younghee. Kemudian membukanya perlahan.
Sebuah iPod keluaran terbaru berwarna hitam. Lengkap dengan headsetnya. Jungkook tersenyum semakin
lebar. Membuat Younghee mau tak mau terdiam.
Tampan.
Itulah hal yang Younghee rasakan saat
melihat Jungkook tersenyum. Belum pernah sekalipun Jungkook tersenyum begitu
lebar ketika bersama Younghee. Dan ini kali pertama Younghee membuat senyuman
terlebar dari Jungkook.
“Gomawo, Younghee.” Jungkook bangkit
dari duduknya. Mencium kening Younghee dengan penuh sayang.
Younghee terpejam merasakan ciuman
Jungkook di keningnya. Ini pertama kalinya Jungkook mencium keningnya. Setelah
sekian lama Jungkook menghiraukannya. Beberapa detik kemudian Jungkook
melepaskan ciumannya dan menatap Younghee dalam.
“Aku akan berada di sisimu. Selamanya
dan sampai kapanpun.” Ujar Jungkook tersenyum lebar. Younghee mengangguk pelan.
Tiba – tiba saja Younghee merasa
kepalanya sakit. Sakit di kepalanya kali ini berbeda dengan yang sebelumnya,
kali ini terasa lebih menyakitkan. Pandangannya tiba – tiba buram, tak terlihat
apapun. Seperti ada kabut. Namun Younghee
tak ingin mengatakannya pada Jungkook. Ia takut membuat Jungkook
khawatir.
“Jungkook..”
“Iya?”
“Tolong nyanyikan lagu Sofa untukku.
Aku ingin tidur sekarang.” Ujar Younghee. “Nanti jika aku sudah tidur, jangan
bangunkan aku ne. Aku ingin tidur nyenyak sekarang.” Lanjutnya. Jungkook terdiam
sesaat, kemudian segera menyanyikan lagu kesukaannya itu.
‘Niga ittdeon sofa, anja isseo honja, dan hansumdo mot jago hoksi niga
eolkka hago.Meonghani hangwanjeongman barabwa. Du neunul gamgo, gwireul maga bwado, dasi naege dorawa chueokdeuri,
seumul chamneundago sim jangi momchwojilkka, neol hyanghan geuriuman
doedorawa~’
Tepat sebelum Jungkook mencapai reff,
Younghee sudah tertidur. Membuat Jungkook mendekatinya, kemudian menangis
terisak. Sembari meneruskan lagunya hingga berakhir.
‘Neol gidarijanha~’
Jungkook mengecup kening Younghee
lama. Kemudian menyatukan keningnya dengan kening Younghee. Menumpahkan semua
isak tangisnya disana. Menangisi gadis manisnya yang sudah tertidur lelap.
“Tidur yang tenang, gadis manisku.”
.
.
.
.
Jungkook menangis menatap sebuah
karangan bunga yang bersandar di pohon lebat. Mendekap erat foto Younghee yang
terbingkai rapi. Kemudian menyandarkan tubuhnya di sebelah karangan bunga itu.
‘Han Younghee’
’09 January 1998 – 01 September 2015’
Masih dengan menangis, Jungkook
menyanyikan lagu yang kala itu diminta Younghee untuk dinyanyikannya. Saat
Jungkook menatap diktat tebalnya dan menghiraukan Younghee yang memintanya
untuk menyanyikan lagu itu.
‘Niga ittdeon sofa, neo eobsi na honja. I jarieman nama, neol gidarijanha~~’
Jungkook terus mengulang lagu itu
hingga dia kembali ke apartemennya. Duduk di sofa lusuh yang biasanya di
tempatinya bersama Younghee. Sofa dimana Younghee menahan setiap kepahitan yang
Jungkook suapkan paksa kepadanya.
Jungkook duduk memeluk kedua lututnya.
Rasanya semua organ tubuhnya tak lagi berfungsi, tulang tulangnya tak lagi di
tempat yang benar, dan jiwanya melayang entah kemana. Menangis terisak sembari
menenggelamkan kepalanya dalam lipatan lutut adalah posisi favorit Jungkook sekarang.
Perlahan dia membaringkan tubuhnya
miring ke sofa. Masih dengan terisak, dia memeluk badannya sendiri dan
menggesekkan kedua kakinya, berusaha menciptakan kehangatan dibalik semua
kesedihan yang dimilikinya. Dan tanpa sadar dia tertidur pulas.
.
Jungkook memandangi pemandang yang ia
lihat sekarang. Sebuah taman bunga yang luas, dengan pohon pohon yang rindang.
Kemudian rumput halus yang ia pijak. Rasanya dia sangat damai dan tenang
sekarang.
Langkahnya perlahan terangkat menuju sebuah kebun mawar
yang indah. Menmbelai halusnya kelopak bunga berduri tersebut membuat Jungkook
teringat oleh seseorang. Gadis yang selalu berada di sampingnya.
“Jungkook!!” Sebuah suara riang
memanggil namanya. Dia berbalik untuk melihat siapa peneriak namanya tadi.
Jungkook merasa tidak asing dengan sosok
itu. Rambut cokelatnya yang panjang, kemudian kulit putih pucatnya dan juga
senyum riangnya. Sosok itu mengenakan gaun putih bersih yang sangat indah, lalu
di atas kepalanya seperti ada lingkaran samar.
“Younghee!” Jungkook berlari mendekati
sosok itu. Sosok yang selama ini dirindukannya.
Namun hampir saja Jungkook mendekati
sosok yang dirindukannya itu, sosok itu malah menghilang. Jungkook terdiam
sesaat ketika sosok itu menghilang. Kemudian dia mendengar suara dari arah
lain, namun dia tidak menemukan pemilik suara.
“Jungkook, kau pernah berjanji bahwa
kau tak akan meninggalkanku, bukan? Kapan kau akan menepati janjimu itu? Aku
disini menunggumu.”
.
Jungkook seketika bangun dari
tidurnya. Merasakan mimpi aneh yang baru saja dialaminya. Apakah ini artinya
Younghee menagih janji konyolnya itu? Apakah Younghee ingin Jungkook mati
bersamanya?
Jika iya Younghee menunggunya,
Jungkook akan segera melunasi janjinya itu. Kembali bersama Younghee di alam
abadi. Hal itu adalah yang diimpikan seorang Jeon Jungkook.
.
.
Jungkook berniat membeli kopi di
minimarket seberang jalan apartemennya. Dia berjalan lunglai dengan mata
pandanya melewati lorong apartemennya. Semua orang yang melihatnya bahkan
merasa sangat kasihan kepada Jungkook.
Jungkook melamun sembari berjalan di
sepanjang trotoar. Bahkan tak jarang Jungkook menabrak orang dari sisi lain. Membuat
banyak orang mengumpatinya. Namun anehnya Jungkook tidak mempedulikan semua
itu.
Kemudian Jungkook tiba di zebra cross.
Tanpa tengok kanan kiri, Jungkook menyebrang dengan lunglainya. Menapaki setiap
garis putih di tengah jalan itu.
Tanpa disadarinya sebuah truk besar
tengah mengebut dan menerobos lampu merah. Sopir truk itu sudah berusaha
menekan belnya untuk memperingati Jungkook yang tengah menyebrang jalan itu.
Jungkook tidak mendengar apapun. Dia
tetap berjalan lunglai menapaki cat putih di tengah jalan itu. Hingga dia
merasa tubuh bagian kirinya terhantam keras. Lalu dia merasa tubuhnya terpental
beberapa meter dari posisi awalnya. Kemudian kepalanya menghantam aspal dengan
keras.
Jungkook tersenyum saat mengetahui
bahwa dia baru saja ditabrak truk. Dia merasa sesuatu yang basah keluar dari
hidung dan kepalanya. Mungkin ini adalah cairan yang sama seperti yang Younghee
keluarkan sebelum dia meninggal. Jungkook berharap begitu
Apakah ini artinya Jungkook akan
meninggal? Apakah ini artinya bahwa dia akan menyusul Younghee?
“Aku tidak pernah berbohong, Younghee.
Aku akan segera menyusulmu.” Gumam Jungkook sebelum menutup kedua matanya dan
menghentikan kerja semua organ tubuhnya.
-fin-
RCL jebaaal :v